Dalam waktu satu minggu, saya dan calon suami hanya mempunyai waktu “eksklusif” bersama di hari Sabtu-Minggu. Itupun pada hari Sabtu kami terkadang gak akan bisa menikmati secara maksimal karena Dika, calon suami tercinta, masih harus bekerja sekitar setengah hari lebih. Biasanya di akhir minggu kami akan membuat jadwal untuk nge-date dalam bentuk yang berbeda-beda. Salah satu kencan favorit kami adalah duduk berjam-jam di KopiTiam – La Piazza, coffee house kesukaan kami yang rutin kami datangi. Bahkan para pelayan atau barista yang melayani di coffee house tersebut sampai hafal betul jenis kopi yang biasa saya pesan dan di mana kami biasa duduk. Tapi di saat-saat lain kami hanya akan duduk di ruang tamu rumah saya sambil browsing internet atau menonton DVD dan meminum kopi buatan rumah.
Weekend date kali ini telah direncanakan entah sejak berapa lama sebelumnya. Sejak lama saya ingin sekali berjalan-jalan mengunjungi museum-museum di Jakarta bersama Dika, dan hal ini pernah saya sampaikan padanya beberapa kali sebelumnya. Tapi hal itu baru dapat benar-benar kami lakukan di hari Minggu kemarin.
Malam sebelumnya Dika menginap di rumah Mursid, teman satu kampus kami, di daerah Mangga Besar. Maka kami memutuskan untuk bertemu langsung di shelter Transjakarta di Monumen Nasional yang letaknya tepat di seberang Museum Nasional. Kami bertemu di sana sekitar pukul 11 siang dan memulai tur kami mengunjungi museum tak lama kemudian.
Hari itu Museum Nasional sangat ramai pengunjung. Kami banyak menemui rombongan turis asing yang tiba dengan bus-bus pariwisata serta rombongan anak-anak sekolah dari berbagai tingkat, baik yang datang bersama teman-temannya dengan membawa buku-buku catatan maupun mereka yang datang bersama keluarga.
Hari itu adalah kunjungan saya kembali ke Museum Nasional yang pertama setelah entah berapa belas tahun (oh my God, that’s so long ago) dan saya menyadari ternyata di dalam museum itu terdapat banyak sekali koleksi budaya nasional dan benda-benda yang sangat menarik. Selama di dalam museum seperti biasa Dika memegang kamera dan berkali-kali menangkap momen yang menarik, sementara saya sendiri banyak menikmati koleksi-koleksi tersebut sambil sesekali menggunakan kamera Holga saya untuk ikut mengambil gambar. Berikut beberapa koleksi foto hasil jepretan saya dan Dika di dalam museum…
Setelah sekitar 2 jam lebih kami mengelilingi berbagai area museum mas Tyo, salah satu mantan senior kami di kampus, menghubungi Dika. Saat itu dia sedang melakukan survey di Perpustakaan Nasional untuk keperluan sayembara desain yang sedang dia ikuti dan hari itu telah membuat janji bersama Dika untuk bertemu selagi dia berada di Jakarta.
Mas Tyo sampai di museum tepat ketika kami hendak keluar untuk membeli makan siang, maka pertemuan kami pindah kembali ke shelter Transjakarta Monumen Nasional di seberang museum di mana terdapat banyak tukang berjualan makanan kaki lima. Di sana kami membeli makan siang sederhana (Ketoprak + Teh Botol dingin + Tahu Gejrot), duduk berlesehan di bawah pohon sambil mengobrol. Di tengah obrolan mas Tyo bercerita tentang mas Purwo, senior kami yang saat itu sedang berada di kantornya, tak jauh dari Museum Nasional. Dan kedua pria itu pun langsung menghubungi mas Purwo untuk ikut bergabung bersama kami.
Setelah duduk beberapa lama kami berempat memutuskan untuk mencari tempat yang menyenangkan untuk duduk mengobrol sambil minum kopi, seperti yang kami biasa lakukan bersama selama di Solo. Dan akhirnya memutuskan untuk meneruskan pertemuan kami di Starbucks Coffee di Thamrin. Obrolan kami berlangsung cukup lama dan menyenangkan, hingga waktu berlalu hingga malam. Kami juga sempat membicarakan soal rencana kami untuk pindah kembali ke Jawa Tengah. Mas Tyo selama beberapa waktu belakangan bekerja pergi – pulang Jakarta – Solo, sementara mas Purwo bulan depan akan mulai bekerja di Semarang. Semoga tak lama lagi saya dan Dika pun bisa pindah kembali ke Solo dan memulai usaha kami secara mandiri. Semoga.
These photos were taken by myself.
Saya dan Holga saya. Photo by Wahyu Adi Pramardika
Was Coffee. Photo by Wahyu Adi Pramardika
Well, we had fun. Semoga lain waktu bisa berkumpul lagi.
Perjalanannya bikin IRI! Hehehe :D
ReplyDeletetante tutehhh...kok bikin IRI?kan uda jalan2 jg kemaren.. :D
ReplyDelete