Di Balik Sadarku

Pernahkah kamu berdiri di hadap cermin
Dan tak mampu mengenali wajah yang ada di depan kamu
Tak mampu mengenali jiwa yang berdiri di balik cermin

Pernahkah kamu merasa
Seakan berdiri di luar jendela
Menatap ke dalam dan melihat dirimu sendiri
Melakukan semua hal yang kau lakukan
Mengalami tiap sakit yang tak kau rasakan
Mengucap kata yang tak kau ucapkan

Pernahkah kamu menangis
Tanpa sedikitpun menetes air mata
Tanpa bersuara
Dan merasa bahwa orang lain tak menghiraukanmu
atau justru mentertawakanmu di balik punggungmu

Aku kini merasa...
Berada di luar tubuhku
Menyaksikan diriku sendiri
Menangis tanpa suara
Mengenakan topeng untuk tertawa
Dan tak mampu mengenali wajah dan suaraku sendiri

Aku seakan berada di ujung persimpangan jalan
Tak dapat mundur dan menatap ke belakang
Hanya bisa berjalan maju ke depan
Tanpa mampu memutuskan

Ketika di satu sisi jalan tampak indah dan menyenangkan di mataku
Dipenuhi lubang dan jarum tajam
Terbentang luas tanpa batas
Sementara di jalan yang lain tampak begitu menakutkan
Dengan ribuan jarum dan lubang bahkan jurang
Namun di ujung jalan sana tampak hamparan padang rumput
Menyembunyikan beribu harap dan juga mimpi

Dua wajah muncul dalam kebimbanganku
Satu diantaranya memanggilku dari masa lalu
Mengingatkanku akan rasa rindu
Namun terus mendukung dan memperkuat jiwaku
Hingga aku masih dapat bernafas dan mengangkat tinggi wajahku
Dan mendorongku untuk terus mengejar mimpi

Wajah yang lain kini menungguku
Dengan penuh cinta dan harap yang membuatku ingin mengejar dan meraihnya
Namun sosok jiwanya yang kini kuhadapi
Justru menumbuhkan ribuan rasa takut dan bimbang
Yang membuatku ragu untuk terus melangkah maju

Di tengah bimbang
Kutatap kedua jalan yang bersimpangan
dan kurasakan takut ini semakin tumbuh menguasai
Takut untuk memilih
Takut untuk mencari jawaban
Takut...
Karena terlanjur kurasakan hati yang belum sepenuhnya kembali utuh ini
nyaris pecah kembali berkeping-keping atas segala kata yang menyakitkan
Takut...
Karena terlanjur aku menyerah
Kala aku tak mampu melihat
Apa yang ada di ujung jalan yang indah menyakitkan itu

Aku tak mau lagi menutup mata
Dan membiarkan gelap menuntunku
Aku ingin melangkah dengan mata terbuka
Dengan segala harapku
Dengan sepenuh sadarku

Jalan apapun yang kan kupilih nanti
Hanya satu harap dan inginku
Aku ingin hidup
Aku ingin terus bernafas
Aku ingin bertahan dengan sadarku
Aku ingin berdiri di hadap cermin
Dan mengenali wajah itu
...sebagai 'AKU'.


(DeeWardani, Solo, 18 Maret 2008)

1 comment:

  1. aku benci bercermin....

    kamu tahu kenapa, dee???
    karena cermin adalah pembohong!!!
    saat bercermin, tersenyum seperti apapun wajahku, dalam hatiku, aku tetap saja menangis....

    aku bahkan pernah memecahkan cerminku karena aku tak mampu lagi menahan kepedihan yang menumpuk di dadaku....

    namun cermin, juga benda yang paling jujur
    makanya..., kini aku mencoba "bersahabat" dengan cermin....
    narsis??? yah....

    akan tetapi, bagiku ini adalah proses penerimaan diri
    bahwa walau mataku penuh dengan kesedihan, bibirku akan tetap berusaha mengukir senyum....
    seperti hyuuga hinata hime....

    ReplyDelete

tinggalkan pesan di sini...
tell me everything !!