-- Izinkan Aku Menelepon ke Surga --

Aku masih di sini…terduduk di salah satu sudut malam
Menikmati sepi…merasakan hening…ditemani kehampaan
Seluruh tubuhku merinding…dingin
Hati dan jiwaku terbakar…panas oleh emosi, amarah dan resah
Merenung sendiri mendengarkan suara hati
Berusaha memahami semua yang kualami
Seandainya bisa…
Betapa inginnya hati ini untuk menyampaikan langsung kepada-Nya
Beribu permohonan yang tak pernah dikabulkan
Beribu permintaan yang tak pernah tersampaikan
Beribu doa yang telah terucapkan berulang kali…tanpa pernah terbalaskan
Beribu hasrat…beribu mimpi…yang hanya bisa tersimpan dalam hati
Dalam kelam malam ini hati memohon…
Izinkan aku berbicara langsung kepada-Nya
Izinkan aku menyampaikan semua gundah ini pada-Nya
Mohon…izinkan aku…menelepon ke surga
***

Aku hanya terpaku
Dikelilingi oleh keramaian di sekitar yang seakan beribu mil jauhnya dari tubuhku
Lebih menikmati kekosongan dalam pikiranku
Gelap pun datang…
Dan aku menutup mata untuk dapat melihat lebih dalam
***

Kubuka kedua mataku
Butuh beberapa waktu untuk menyadari di mana tempatku berada
Hanya mampu menatap ke bawah…di permukaan tanah
Di mana tampak bayang tubuhku yang terbentuk dari pancaran matahari…
yang menutupi tempat dimana dia berada kini
Dia…yang dulu pernah menumbuhkan senyum di wajahku
Dia…yang dulu kuharap akan menjadi belahan jiwaku
Dia…yang kusangka akan menemaniku selamanya
Dia…
Yang kepergiannya membuat seluruh jiwa dan ragaku hancur
Bagaikan ribuan pecahan kaca terhempas di permukaan tanah
Mereka memintaku berdoa…berdoa untuknya
Tapi aku bingung…aku tak mengerti
Karena aku tak pernah benar-benar tahu
Bagaimana caranya….?
Kepada siapa…?
Mereka menyebut nama Tuhan
Tuhan…dulupun aku sering menyebut nama-Nya
Mencoba berbicara kepada-Nya
Tapi pernahkah Ia mendengarnya?
Tuhan…
Benarkah Dia ada di sana?
Aku tak mengerti
Gelap pun datang…
Dan aku menutup mata untuk menatap lebih dalam
***

Kubuka kedua mataku
Butuh beberapa saat buatku untuk sadar di mana kini aku berada
Hanya bisa terdiam menyaksikan sekilas gambar-gambar menyakitkan
Pertengkaran-pertengkaran yang tidak diinginkan
Beribu macam kata yang terucap untuk melindungi hati yang tersakiti
Tanpa menyadari tajamnya menyakiti hati yang dicintai
Suara-suara menghujam memekakkan telinga
Pintu-pintu terbanting menggetarkan dinding
Perpisahan yang mengiris dan mengundang tangis
Darah yang menetes ketika hati menerima rasa sakit
Air mata yang tumpah…
Ketika kenyataan menghancurkan mimpi indah yang menemani malam
***
Kubuka kedua mataku
Butuh beberapa saat untuk menyadari dimana tempatku berada
Hanya bisa menahan tangis menatap kilasan-kilasan kenangan menyakitkan
Kilatan-kilatan cahaya terang lampu memecahkan gelap malam
Menyinari tubuh-tubuh yang bergerak dimanjakan oleh irama musik yang menggetarkan gendang telinga
Semerbak aroma alkohol dan obat-obatan berwarna dan bernama asing
Tercium…bercampur dalam udara malam dan menghancurkan indera
Hanya mampu menahan tangis dan hancurnya hati
Kala menatap orang yang tersayang berada di sana
Terbius oleh kenikmatan yang membutakan
Tanpa menyadari adanya sentuhan tangan yang berusaha merengkuh hati dan jiwanya untuk kembali menapak ke bumi
Untuk kembali ke sisi
Dan membiarkan diri terbawa alam mimpi
Mereka menyuruhku untuk berdoa
Tapi aku masih tak mengerti…karena aku tak pernah benar-benar tahu
Bagaimana caranya…?
Untuk apa…untuk siapa…?
Mereka menyebut nama Tuhan
Tuhan…
Dulu aku memanggil nama-Nya
Memohon…
Berharap…
Tapi aku lalu berhenti
Karena aku tak mengerti…tak paham
Kenapa kegelapan ini masih terus menyelimutiku
Kenapa rasa sakit ini masih membakarku
Kenapa mimpiku kosong…hampa
Kenapa Ia mengambil satu-satunya kebahagiaanku…cahaya terangku
Karena itu aku berhenti berharap
Berhenti memohon
Gelap pun datang…
Dan aku menutup mata untuk dapat menyimak lebih dalam
***

Kubuka kedua mataku
Butuh beberapa saat penuh keberanian untuk mengerti tempatku kini berada
Berusaha melawan jerat bayang yang terus mengikatku
Berusaha memahami jalan yang hendak aku tuju
Memahami di mana tempat yang pantas untukku
Aku menatap semua yang ada di sekelilingku
Berusaha menyesuaikan pikiran dan hatiku dengan pemandangan di depanku
Kulihat mereka yang berdoa pada sebuah simbol yang terpasang di dinding
Menyalakan lilin dan mengucapkan harap
Inikah caranya berdoa?
Kulihat mereka yang membuang rambut di sekujur tubuh mereka
Membakar dupa dan membungkuk tiga kali sebelum mengucapkan harap
Inikah caranya berdoa?
Kulihat mereka yang menyiapkan sajian
Berkumpul bersama pada kuil sesembahan
Menyanyikan pujian dan mengucapkan harap
Inikah caranya berdoa?
Kulihat mereka yang membasahi tubuh dan bersujud di atas permukaan tanah
Berkata bahwa mereka sedang bersujud di hadapan-Nya
Membaca ayat-ayat dalam bahasa yang tak kukenal dan mengucapkan harap
Inikah caranya berdoa?
Kulihat mereka yang membakar uang kertas
Bernyanyi dan mengucapkan harap pada matahari
Inikah caranya berdoa?
Kulihat mereka yang menyanyikan lagu-lagu pujian dengan diiringi musik dan tarian
Bersama-sama mengucapkan harap
Inikah yang namanya berdoa?
***
Aku sungguh tak mengerti…tak paham
Karena aku sungguh tak pernah benar-benar tahu
Aku tak pernah memahami cara-cara itu
Aku tak pernah berdoa dengan cara mereka
Aku tak pernah bisa memahami pikiran mereka
Karena selama ini aku menganggap…
Semua perkataan mereka…
Semua yang mereka tunjukkan…yang mereka pakai dan kenakan di tubuh mereka
Hanyalah satu bentuk kemunafikan yang mereka gunakan
Untuk menutupi kebusukan hati yang tetap dapat tercium oleh inderaku
Tapi mereka menyebut Tuhan
Dan aku hanya mengerti Tuhan
Dan aku hanya mengerti caranya memohon pada-Nya dengan caraku
Karena itu aku tak mengerti
Gelap pun datang…
Dan aku menutup mata untuk dapat memahami lebih dalam
***

Kubuka kedua mataku
Membiarkan sadarku terhempas kembali dari masa lalu
Masa lalu…yang dapat kita lepaskan seiring dengan berlalunya waktu
Namun tidak akan pernah bisa melepaskan kita
Masa lalu…yang dapat kita tatap dengan senyum
Namun membalas dengan menjerat kita dalam bayangnya
***
Aku masih terduduk di sini…di salah satu sudut malam
Merasakan seluruh tubuhku bergetar mengikuti irama heningnya malam
Hati ini masih merasakan luka…belum melupakan sakit
Namun air mata ini telah berhenti mengalir
Hati ini kembali memohon
Ingin menyampaikan langsung kepada-Nya
Beribu permohonan yang masih terpendam tak tersampaikan
Beribu harap yang masih memenuhi jiwa
Namun kali ini diriku telah siap
Hati ini kini lebih tenang…meski belum terisi
Karena aku telah menemukan bagaimana caranya
…untuk menelepon ke surga
***

…untuk hatiku yang ada di surga

(DeeWardani – Maret2006)

1 comment:

  1. sebuah tulisan tentang pembelajaran akan hidup oleh seorang manusia yang pernah menyatakan dirinya sebagai atheis....

    bravo

    ReplyDelete

tinggalkan pesan di sini...
tell me everything !!